Minggu, 01 Mei 2011

PODACARPACEAE

  1. Kelas Coniferae, Ordo Podocarpales, Family Podocarpaceae
  2. Kelas pohon daun jarum. Conus (kerucut), Ferein (mendukung), termasuk kelas pohon dengan tajuk berbentuk kerucut.
  3. Habitus : perdu atau pohon
  4. Organ Vegetatif : Bergetah bening, harum, daun belum sempurna, daun bersisik-sisik atau melebar, bangun daun biasa (baru satu urat/tulang daun) atau jarum. Kedudukan daun tersebar rapat (marga Dcrydium atau selang-seling (marga Podocarpus). Helaian daun kadang bangun jarum yang sangat kuat melekat pada ranting (gugur bersama ranting) seprti pada Dacrydium. Kulit batang licin, mengelupas lembaran-lembaran kecil
  5. Generatif/Bunga : bunga jantan dan bunga betina masih bersifat terbuka, bunga jantan terletak di atas dasar bunga, terdiri dari dua mikrosporangium; tiap mikrosprangium berisi banyak mikrospora. Bunga jantan berkumpul dalam satu strobili jantan, ukuran strobili kecil jantan kecil dan berbentuk bulat panjang.
  6. Bunga betina terdiri sendiri-sendiri atau dalam kumpulan tandan, terletak diketiak kedudukan daun atau di ujung ranting. Bunga betina terletak di atas dasar bunga, berupa kantong spora yang disebut makrosporangium berisi satu makrospora.
  7. Penyebaran : Seluruh Sumatera kecuali Lampung, Seluruh Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, Maluku, Papua
  8. Marga-marga penting ;Dacrydium, Podocarpus, Phyllocladus
  9. Jenis-jenis penting :Dacrydium : Dacrydium baccarii Parl.(Melur), D. junghuhnii Miq. (Melur) Podocarpus : Podocarpus wallichianus Presl (syn P. Blumei Endl.) (melur) P. imbricatus Bl. (jamuju), P. motleyi Dumm. (melur), P. neriifolius D. Don. (Melur)
  10. Kegunaan : Kayu melur dapat dipakai untuk konstruksi ringan, lantai, mebel. Alat menggambar, ukiran, korek api, kayu lapis, panel, alat olah raga, musik, pensil dan moulding


PINACEAE
  1. Kelas Coniferae, Ordo Pinales, Family Pinaceae
  2. Habitus : pohon berkayu
  3. Organ vegetatif : bergetah bening, dalam perdagangan dikenal sebagai gondorukem. Daun belum sempurna, bentuk daun jarum yang pada pangkalnya diliputi selaput. Tiap daun terdiri dari dua atau lebih jarum. Tiap jarum beralur memanjang. Kedudukan daun tersebar sangat rapat (tersebar ke ujung ranting). Kulit batang beralur panjang.
  4. Generatif/Bunga : Bunga jantan berkumpul dalam kumpulan strobili/kones/kerucut. Organ reproduksi jantan terletak pada suatu sisik berkayu yang berkumpul dalam satu strobili jantan. Bentuk strobili jantan bulat panjang berukuran kecil. Satu sisik mempunyai dua kantong jantan yang disebut mikrosporangium; tiap mikrosprangium berisi banyak mikrospora
  5. Generatif : bunga betina berkumpul dalam kumpulan strobili/kones/kerucut. Organ reproduksi betina terletak pada sisik berkayu yang berkumpul dalm satu strobili betina. Bentuk stobili betina bulat panjang lancip di ujung (bangun kerucut) berukuran lebih besar dari pada stobili jantan. Satu sisik mempunyai satu kantong spora betina yang disebut makrosporangium; tiap makrosprangium berisi satu makrospora
  6. Penyebaran: Di Indoensia secara alami di Aceh (Strain Kerinci) dan DI Sumatera Utara (Strain Tapanuli) dan Sumatera Barat. Pinus Merkusii Jungh. et De Vr
  7. Kegunaan : Pinus (Kayu Tusam) digunakan untuk bahan bangunan, mebel, box/kotak, tangkai korek api, pulp, papan wol kayu. Getahnya dikenal dengan gondorukem diolah menjadi terpentin, vernis dan merupakan bahan untuk dasar untuk pencelupan batik


ARAUCARIACEAE
  1. Kelas Coniferae, Ordo Podocarpales, Family Podocarpaceae
  2. Kelas pohon daun jarum. Conus (kerucut), Ferein (mendukung), termasuk kelas pohon dengan tajuk berbentuk kerucut.
  3. Habitus : pohon
  4. Organ Vegetatif : Bergetah bening, harum (resin), belum mempunyai daun sempurna (helaian daun terdiri dari serat-serat), belum ada tangkai daun. Daun berupda jarim (genus Araucaria) atau daun lebar (genus Agathis) dalam kedudukan tersebar rapat atau berpasangan sampai selang-seling.
  5. Vegetatif : Percabangan pada marga Agathis melingkar batang pokok, terkulai, sedangkan pada marga Araucaria melingkar batang pokok melengkung ke atas.
  6. Vegetatif : Kulit batang mengelupas, Agathis berbincak-bincak, Araucaria mengelupas dalam lingkaran
  7. Organ Generatif :Bunga jantan berkumpul dalam kumpulan strobili/kones/kerucut. Organ reproduksi jantan terletak pada suatu sisik berkayu yang berkiumpul dalam satu strobili jantan, Bangun strobili jantan bulat panjang berukuran kecil
  8. Satu sisik mempunyai dua kantung spora jantan yang disebut mikrosporangium. Tiap mikrosporangium berisi banyak mikrospora
  9. Bunga betina berkumpul dalam kumpulan strobili/kones/kerucut. Organ betina terletak pada suatu sisik berkayu yang berkumpul dalam datu strobili betina. Bangun strobili betina bulat, berukuran besar
  10. Satu sisik mempunyai satu kantung spora betina yang disebut mikrosporangium, satu mikrosporangium berisi satu mikrospora. Sisik-sisik dalam strobili betina dari marga Agathis pada ujung-ujungnya membulat, sedangkan sisik-sisik dalam strobili betina dari marga Araucaria pada ujungnya berlidah
  11. Marga-marga penting ; Araucaria, Agathis
  12. Jenis-jenis penting : Dacrydium : Agathis borneensis Warb (Damar/Agathis), A. celebica Warb. (Agathis), A. dammara (Lambert) L.C. Rich. (Agathis), A. alba Foxw. (Agathis), A. labillardiesri Warb. (Agathis), Araucaria : Araucaria cunninghamii Ait.
  13. Penyebaran :Secara alamiah terdapat di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua dan di Jawa di hutan tanaman. Marga Araucaria secara alami hanya terdapat di Papua
  14. Kegunaan : Kotak/box, tangkai korek api, sendok/gagang ice cream, pensil, meubel, peti pengepak, alat ukur/gambar, venir dan kayu lapis, pulp dan kayu pertukangan. Damarnya (getah) dikenal sebagai kopal diekspor sebagai bahan untuk vernis, sabun dan alat-alat listrik



Jumat, 19 Maret 2010

Menhut belum keluarkan izin HTI

Bisnis Indonesia Selasa, 02 Februari 2010
Oleh: Erwin Tambunan & Martin Sihombing

JAKARTA: Menteri Kehutanan belum mengeluarkan satu izin pun untuk hutan tanaman industri (HTI). Pemerintah, kata Menhut Zulkifli Hasan, memprioritaskan pemberian izin kepada hutan tanaman rakyat. "Sebab, rakyat belum memiliki akses untuk mendapatkan izin pengelolaan hutan," tuturnya pada acara tatap muka dengan para pemegang izin kehutanan di Jakarta, kemarin.

Minggu, 14 Maret 2010

KEBAKARAN HUTAN INDONESIA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

I. Pendahuluan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.

Sabtu, 13 Maret 2010

Surat Edaran Direktur Bina Pengembangan Hutan Alam, Ditjen BPK Nomor: SE.01/BPHA-4/2010

klik di sini

Reformasi Pengelolaan Hutan di Indonesia

Jakarta, 11/8 (ANTARA) - Dalam diskusi Badan Litbang Kehutanan tanggal 8 Agustus 2008 yang dihadiri Menteri Kehutanan H. M.S. Kaban, pakar dari IPB serta Litbang, dibahas berbagai sistem silvikultur dalam pengelolaan hutan, direkomendasikan penerapan multisistem silvikultur pada unit pengelolaan hutan produksi (IUPHHK). Diskusi ini akan dilanjutkan pada tanggal 23 Agustus 2008 di Institut Pertanian Bogor.

Radiasi Surya

Pancaran Radiasi Surya
 Radiasi surya (surya = matahari) sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan cuaca dan iklim di atmosfer bumi.
 Permukaan matahari bersuhu 6000 K, dengan jarak dari bumi 150 juta Km
 Radiasi yang sampai di puncak atmosfer 1360 Wm2, yang sampai ke permukaan bumi setengah dari yang diterima di puncak atmosfer.
 Rata-rata 30% radiasi yang sampai dipermukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa luar.

Jumat, 12 Maret 2010

Tipe Hutan di Indonesia

Tipe hutan di Indonesia berdasarkan proses terbentuknya (suksesi hutan) yakni sbb :
1. Hutan Alam (Natural Forest)
Hutan alam, yaitu hutan yang terjadi melalui proses suksesi secara alam. Hutan alam ini dibagi atas dua jenis sbb :

1. Hutan alam primer merupakan hutan alam asli yang belum pernah dilakukan penebangan oleh manusia. Hutan ini bercirikan pohon-pohon tinggi berumur ratusan tahun yang tumbuh dari biji. Hutan alam primer mencakup hutan perawan, hutan alam primer tua dan hutan alam primer muda.